JURNAL HARI INI :
Latest Post

MANFAAT TANAMAN TUBA

Written By www.nsd.co.id on Kamis, 21 April 2016 | 06.11

Manfaat Tanaman Tuba sangat besar. Tanaman ini merupakan penghasil bahan beracun yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama serangga, baik diluar ruangan maupun di dalam ruangan. Disamping rotenon sebagai bahan aktif utama, bahan aktif lain yang terdapat pada akar tanaman Tuba (Derris elliptica) adalah deguelin, elliptone, dan toxicarol. Bahan aktif ini ditemukan pada akar tuba dengan kadar antara 2,5-3%, paling banyak terkandung dalam kulit akar (Sari, 2004: 16).
Tanaman tuba sering digunakan sebagai racun ikan. Namun dapat juga dapat digunakan sebagai pestisida, yaitu untuk pemberantasan hama pada tanaman sayuran, tembakau, kelapa, kina, kelapa sawit, lada, teh, coklat, dan lain-lain (Subiakto, 2009: 11). i Kalimantan, ekstrak akarnya digunakan sebagai racun untuk anak panah.

CIRI-CIRI TANAMAN TUBA

Ciri-ciri Tanaman Tuba berbeda dengan tumbuhan lain. Tuba merupakan tumbuhan berkayu memanjat 7-15 pasang daun pada tiap rantingnya. Daun muda berambut kaku pada kedua permukaannya. Di bagian bawah daun diliputi oleh bulu lembut berwarna pirang. Batangnya merambat dengan ketinggian hingga 10 meter. Ranting-ranting tuba tua berwarna kecoklatan (Kardinan, 1996: 33).
Mahkota bunga tumbuhan Tuba berwarna merah muda serta sedikit berbulu. Tumbuhan beracun ini juga mempunyai buah berbentuk lonjong (oval), dengan sayap yang tipis di sepanjang kedua sisi. kekacang nipis dan rata berukuran  9 cm, lebar 0.6 – 2.5 cm. dan terdapat 1 – 4 biji dalam satu kekacang.
Tumbuhan peracun ikan ini tumbuh berpencar-pencar, di tempat yang tidak begitu kering, di tepi hutan, di pinggir sungai atau dalam hutan belukar yang masih liar dan kadang-kadang ditanam di kebun atau pekarangan. Di Jawa tanaman tuba didapati mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1500 m dpl.

PENGGUNAAN AKAR TUBA

Penggunaan akar tuba sangat banyak. Sebelum insektisida organik sintetik digunakan secara luas, para petani di pulau Jawa sering menggunakan cairan perasan tembakau dan akar tuba untuk mengendalikan kutu tanaman dan beberapa jenis ulat pada tanaman palawija dan sayuran tertentu.
Bahan insektisida dari akar tuba dilaporkan telah digunakan untuk mengendalikan hama tanaman di Malaysia sejak tahun 1848 (Prijono dan Triwidodo, 1993). Selain itu akar tuba digunakan sebagai insektisida dalam membunuh hama pada biji kacang hijau (Callobruchus analis) (Kardinan, 2000).
Di bidang perikanan akar tuba selain berfungsi sebagai bahan peracun ikan baik di kolam maupun di perairan bebas, juga dapat digunakan untuk pemberantasan ikan liar di tambak dalam usaha intensifikasi budidaya ikan dan udang (Hanafi, 1979).
Bubuk akar tuba efektif untuk membasmi Poecilia reticulate (jenis ikan pengganggu di kolam air tawar dan payau) (Guerrero et al., 1990). Manfaat lainnya dapat membunuh kutu kepala pada manusia (Peniculus himanus) (Sosromarsono, 1990),sebagai anti ektoparasit untuk membunuh kutu pada anjing(Heyne, 1987), serta sebagai bioinsektisida dalam pengendalian nyamuk (Kardinan, 2009). Ekstrak akar tuba dapat mematikan larva Aedes aegypti (LC50=1,90 mL/10mL) dan Culex quinquefaciatus (LC50 = 18,53) (Yoon, 2009).

KANDUNGAN TUMBUHAN TUBA

Kandungan tumbuhan tuba sangat banyak. Tuba memiliki kandungan zat beracun yang banyak terdapat di dalam akar tuba. Zat beracun terpenting yang terkandung pada akar tuba adalahrotenon/tubotoxin dengan kadar yaitu 0,3-12%, secara kimiawi digolongkan ke dalam kelompok flavonoid. Zat-zat beracun lainnya adalah deguelin (0,2-2,9 %), elliptone (0,4-4,6%) dan toxikarol (0-4,4%), tetapi belum pernah digunakan sebagai insektisida karena kandungannya dalam akar tuba sangat rendah (Martono et al., 2004). Menurut Isroi (2008), rotenon dapat digunakan sebagai moluskisida untuk membasmi moluska seperti siput maupun keong, insektisida untuk membunuh insekta seperti serangga, nyamuk, lalat dan hama pada tanaman dan sebagai akarisida untuk membasmi hewan berkaki lebih dari empat seperti tungau, caplak dan pinjal.
Rotenon merupakan insektisida alami yang kuat, titik lelehnya 1630C, larut dalam alkohol, karbon tetraclorida, kloroform dan pelarut organik lainnya (WHO, 1992). Bahan aktif rotenon mempunyai beberapa sifat yaitu sangat beracun terhadap ikan dan serangga, bekerja sebagai racun perut dan kontak, serta residu tidak persisten (Ratnawati, 1986).
Toksisitas rotenon lebih tinggi pada ikan dan serangga karena toksisitasnya lebih tinggi melalui insang atau trakea, tetapi pada mamalia tidak mudah melalui kulit atau melalui saluran pencernaan. Kematian pada manusia dan mamalia yang disebabkan rotenon jarang terjadi karena efeknya menyebabkan muntah (WHO, 1992).
Sebagai racun perut rotenon akanmasuk ke dalam tubuh melalui mulut karena insekta maupun ikan biasanya mengambil makanan dari tempat hidupnya, sehingga menghalangi ikatan enzim Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NADH) dengan sitokrom c-reduktase dan sitokrom komplek yang berada di dalam mitokondria, akibatnya sel kehilangan energi dan pernafasan sel akan terhenti. Sebagai racunkontak rotenon juga dapat masuk ke dalam tubuh insekta maupun ikan melalui kulit dan masuk ke dalam sel-sel epidermis yang selalu mengalami pembelahan dalam proses pergantian kulit, sehingga sel-sel epidermis mengalami kelumpuhan (paralisis) dan akhirnya mati. Sebagai racun pernafasan rotenon dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan yang kemudian akan diteruskan melalui pembuluh atau tabung trakea yang bercabang-cabang sampai mencapai jaringan tubuh (otot dan saraf). Rotenon yang masuk ke dalam tubuh akan menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan secara selektif menyerang sistem saraf pusat sehingga sel-sel saraf akan mengalami kelumpuhan yang diakhiri dengan kematian (Sayono et al., 2010).
Beberapa produk komersial menambahkan bahan sinergis untuk meningkatkan kinerja rotenon dengan mencampurkan piretrin, tembaga atau belerang (Novizan, 2002). Rotenon diklasifikasikan oleh World Health Organization (WHO, 2011), sebagai insektisida kelas II dengan tingkat bahaya menengah. Rotenon sangat cepat rusak di air dan di tanah, dalam waktu 2-3 hari dengan paparan sinar matahari seluruh racun rotenon akan hilang.

PENYEBARAN TUMBUHAN TUBA

Penyebaran tumbuhan tuba cukup luas. Menurut Westphal dan Jansen (1987), tuba merupakan tanaman liar yang telah dibudidayakan. Budidaya tanaman ini dapat ditemukan mulai dari India hingga Papua Nugini termasuk seluruh kawasan Asia Tenggara. Tanaman ini juga telah dibudidayakan di daerah tropik Afrika dan Amerika.
Tanaman tuba tersebar di seluruh Nusantara dan di Jawa dibudidayakan di kampung-kampung. Di Jawa ditemukan mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 1500 m dari permukaan laut, tumbuh di tempat yang tidak begitu kering dalam hutan dan belukar, di tepi hutan serta pinggir sungai dan selalu tumbuh terpencar (Heyne, 1987). Pada tahun 1940 luas tanaman tuba di Indonesia ditaksir sekitar 7000 ha.
Tuba (Derris elliptica) merupakan tumbuhan merambat yang membelit dengan tinggi 15 meter. Batangnya sebesar jari-jari tangan, tetapi ulet tidak dapat diputuskan. Ranting tua berwarna coklat dengan lentisel yang berbentuk seperti jerawat. Tumbuhan ini mempunyai akar tunggang.
Produksi akar tuba kering antara 1-2,5 ton/ha dengan jumlah ekspornya mencapai 570 ton, baik yang berasal dari perkebunan maupun dari tanaman rakyat (Mujinan, 1981).

MENGENAL TUMBUHAN TUBA

Tumbuhan Tuba adalah nama jenis tumbuhan dari Asia Tenggara dan kepulauan di Pasifik Barat Daya yang biasa digunakan untuk meracuni ikan. Ada beberapa jenis tuba, tetapi yang umum diketahui sebagai tumbuhan tuba adalah dari jenis Derris elliptica dan Derris malaccensis yang banyak dijumpai di Indonesia dan Malaysia (WHO, 1992).Tuba (Derris elliptica) termasuk ke dalam famili Fabaceae (Leguminocae), tanaman ini merupakan liana yang tumbuh membelit padatumbuhan/pohon lain, dengan panjang 5-10 meter. Ranting yang sudah tua berwarnacoklat dengan lentisel yang berbentuk jerawat dan bertangkai pendek. Daunnya tersebar disepanjang tangkai dan sisi bawah daun berwarna hijau keabu-abuan atauhijau kebiru-biruan, serta tangkai bunganya berwarna ungu dengan panjangnya kurang lebih satu cm. Buah polong berbentuk oval sampai memanjang dengan jumlahbiji 1-2 dan musim berbuah pada bulan April-Desember (Sitepu, 1995).
Tanaman tuba memiliki nama yang berbeda-beda pada setiap daerah, seperti di Kalimantan Barat tanaman ini dikenal dengan nama akar jenu, kayu tuba, tuba kurung. Di daerah Jawa dikenal dengan nama besto, oyod ketungkul, oyod tungkul, tuba, tuba akar, tuba jenu. Di daerah Sunda dikenal dengan nama tuwa, tuwa lalear, tuba leteng, sedangkan di Sumatera dikenal dengan nama tuba jenuh, tuba dan tuba jenong dan di Bali disebut dengan tuba(Adharini, 2008).
Menurut WHO (1992), taksonomi tumbuhan tuba (Derris elliptica) diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dikotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminoceae
Genus : Derris
Species : Derris elliptica
Pernah mendengar peribahasa “madu di balas air tuba”. Tuba yang dimaksud disini adalah tumbuhan tuba. Jadi tumbuhan tuba sebenarnya sangat terkenal, setidaknya dalam peribahasa.

ALASAN KUCING MAKAN RUMPUT

Written By www.nsd.co.id on Rabu, 20 April 2016 | 06.43

Kucing makan rumput? Kedengarannya aneh, tapi itulah faktanya. Walaupun kucing termasuk hewan karnivora, kucing terkadang makan rumput. Kucing memakan rumput sebagai lalapan untuk kebutuhan protein nabati yang dibutuhkan tubuh kucing, khususnya kesehatan pencernaannya.
Rumput yang di makan oleh kucing berguna untuk membantu proses pencernaannya, terutama untuk mengeluarkan bulu-bulu yang tertelan saat kucing menjilati bulu-bulunya. Bulu yang tertelan setiap hari akan menggumpal dalam pencernaan kucing yang disebut hairboll. Dan mengkonsumsi rumput akan membantu kucing mengeluarkan gumpalan bulu-bulu tersebut. Karena bila gumpalan bulu-bulu yang ada dalam pencernaan kucing tidak dikeluarkan akan mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan kucing. Seperti, nafsu makan kucing akan berkurang, susah  pup, batuk dan lemas.
Dengan memakan rumput, kucing memenuhi kebutuhan nutrisinya, terutama kebutuhan akan serat. Serat ini sangat dibutuhkan karena karena kucing memakan makanan keras seperti daging, tulang yang kesemuanya rendah serat. Makanan yang rendah serat akan berbahaya pada pencernaan kucing. Dengan memakan rumput, akan memenuhi hal itu.
 
Support : NGUSUL | E-JURNAL | PSYCHOLOGYMANIA
Copyright © Desember 2013. JURNAL Today - All Rights Reserved
Dipersembahkan untuk pembaca dan khalayak ramai
Proudly powered by Blogger