JURNAL HARI INI :
Home » » KANDUNGAN TUMBUHAN TUBA

KANDUNGAN TUMBUHAN TUBA

Written By www.nsd.co.id on Kamis, 21 April 2016 | 05.13

Kandungan tumbuhan tuba sangat banyak. Tuba memiliki kandungan zat beracun yang banyak terdapat di dalam akar tuba. Zat beracun terpenting yang terkandung pada akar tuba adalahrotenon/tubotoxin dengan kadar yaitu 0,3-12%, secara kimiawi digolongkan ke dalam kelompok flavonoid. Zat-zat beracun lainnya adalah deguelin (0,2-2,9 %), elliptone (0,4-4,6%) dan toxikarol (0-4,4%), tetapi belum pernah digunakan sebagai insektisida karena kandungannya dalam akar tuba sangat rendah (Martono et al., 2004). Menurut Isroi (2008), rotenon dapat digunakan sebagai moluskisida untuk membasmi moluska seperti siput maupun keong, insektisida untuk membunuh insekta seperti serangga, nyamuk, lalat dan hama pada tanaman dan sebagai akarisida untuk membasmi hewan berkaki lebih dari empat seperti tungau, caplak dan pinjal.
Rotenon merupakan insektisida alami yang kuat, titik lelehnya 1630C, larut dalam alkohol, karbon tetraclorida, kloroform dan pelarut organik lainnya (WHO, 1992). Bahan aktif rotenon mempunyai beberapa sifat yaitu sangat beracun terhadap ikan dan serangga, bekerja sebagai racun perut dan kontak, serta residu tidak persisten (Ratnawati, 1986).
Toksisitas rotenon lebih tinggi pada ikan dan serangga karena toksisitasnya lebih tinggi melalui insang atau trakea, tetapi pada mamalia tidak mudah melalui kulit atau melalui saluran pencernaan. Kematian pada manusia dan mamalia yang disebabkan rotenon jarang terjadi karena efeknya menyebabkan muntah (WHO, 1992).
Sebagai racun perut rotenon akanmasuk ke dalam tubuh melalui mulut karena insekta maupun ikan biasanya mengambil makanan dari tempat hidupnya, sehingga menghalangi ikatan enzim Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NADH) dengan sitokrom c-reduktase dan sitokrom komplek yang berada di dalam mitokondria, akibatnya sel kehilangan energi dan pernafasan sel akan terhenti. Sebagai racunkontak rotenon juga dapat masuk ke dalam tubuh insekta maupun ikan melalui kulit dan masuk ke dalam sel-sel epidermis yang selalu mengalami pembelahan dalam proses pergantian kulit, sehingga sel-sel epidermis mengalami kelumpuhan (paralisis) dan akhirnya mati. Sebagai racun pernafasan rotenon dapat masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan yang kemudian akan diteruskan melalui pembuluh atau tabung trakea yang bercabang-cabang sampai mencapai jaringan tubuh (otot dan saraf). Rotenon yang masuk ke dalam tubuh akan menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan secara selektif menyerang sistem saraf pusat sehingga sel-sel saraf akan mengalami kelumpuhan yang diakhiri dengan kematian (Sayono et al., 2010).
Beberapa produk komersial menambahkan bahan sinergis untuk meningkatkan kinerja rotenon dengan mencampurkan piretrin, tembaga atau belerang (Novizan, 2002). Rotenon diklasifikasikan oleh World Health Organization (WHO, 2011), sebagai insektisida kelas II dengan tingkat bahaya menengah. Rotenon sangat cepat rusak di air dan di tanah, dalam waktu 2-3 hari dengan paparan sinar matahari seluruh racun rotenon akan hilang.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : NGUSUL | E-JURNAL | PSYCHOLOGYMANIA
Copyright © Desember 2013. JURNAL Today - All Rights Reserved
Dipersembahkan untuk pembaca dan khalayak ramai
Proudly powered by Blogger