![]() |
http://www.allposters.com.au |
Sudut pandang (titik pandang, pusat pengisahan) merupakan posisi
pencerita (narator) dalam sebuah cerita. Ada kalanya pencerita bertindak
sebagai orang pertama atau sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, seorang
pencerita adalah sebagai tokoh cerita. Ia terlibat secara langsung didalam
cerita (Atmazaki).
Di mana posisi pencerita? Itulah yang dimaksud sudut pandang seorang pencerita, atau disebut point of view. Kita mengenal
dan –tentunya- banyak dari kita familiar dengan karya sastra. Artinya, di
antara kita sangat familiar dengan posisi seorang pengarang dalam cerita yang
ia tulis.
“Gemuruh di hatinya masih belum redup saat air laut belum bersua
reda. Agak ragu ia melompat ke salah satu akar bakau, kembali menguatkan ikat
tambat. Ah, setidaknya ia selamat sampai di tempat. Pulau ini. Ia pun mulai
teringat.” (Cerpen ‘Pulau’ karya Fathromi R, Riau Pos, 17/11/2013)
Maka, kutipan di atas menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sudut
pandang ketiga tak ubahnya ketika kita menonton film dokumenter National
Geography atau serial film dokumenter Harun Yahya.
“Sensasi yang menyelimutiku bisa diibaratkan seperti saat aku
menatap daerah gersang di tengah musim dingin yang menggerogoti, membuat
jantungku berdebar hebat dan bulu kudukku merinding. Sejauh apa pun aku
berusaha melayangkan imajinasi, kondisi rumah itu tetap saja menyeramkan. (Cerpen
Misteri Rumah Keluarga Usher, karya Edgar Allan Poe, pent; Maggie Tiojakin,2010)
Nah, kutipan cerpen di atas menggunakan sudut pandang orang
pertama, seperti dikatakan, Sebagai orang pertama, seorang pencerita adalah
sebagai tokoh cerita. Ia terlibat secara langsung di dalam cerita. (Atmazaki)
Pada sudut pandang orang pertama, kita bisa membaginya menjadi
pertama tunggal dan jamak. Kalau tunggal, seperti cerpen Poe di atas, namun
jika jamak, kita menggunakan ‘kami’.
“Tiba-tiba kami mendapati lelaki itu telah menjadi debu. Kami tak
percaya dengan apa yang kami lihat.”
Ada lagi, cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama dan
ketiga dalam satu cerita. Ada yang orang pertamanya yang menjadi tokoh utama (aku/kami),
ada pula orang ketiganya yang menjadi fokus cerita (dia/mereka). Contonya,
juga, seperti kutipan di atas, menggunakan ‘kami’, juga ‘lelaki itu/dia’.***
Posting Komentar