Republik Honduras adalah negara penghasil pisang terbesar di dunia,
sehingga dijuluki sebagai "Republik Pisang", di samping kopi, yang
termasuk hasil pertanian utama. Secara resmi negara ini diklasifikasikan
sebagai negara dengan penghasilan menengah ke bawah. Terletak di ekor daerah
Amerika Tengah, negara ini bertetangga dengan Guatemala di sebelah barat, El
Salvador di selatan, dan Nikaragua di timur. (id.wikipedia.org)
____________________________
Semenjak kudeta yang diluncurkan oleh elit politik, bisnis, dan
pihak militer di Honduras bulan Juni lalu, dimana Presiden Jose Manuel Zelaya
dipaksa turun dari jabatannya, media internasional telah dipenuhi dengan berita
bahwa kudeta ini dilakukan karena Zelaya ingin merubah konstitusi secara tidak
demokratis untuk memperkuat kekuasaannya. Tuan-tuan dan nyonya-nyonya pemilik
modal di Honduras digambarkan sebagai pembela demokrasi yang siap melakukan
apapun untuk melawan kediktaturan Zelaya ini. Akan tetapi, apakah yang
sebenarnya terjadi di “Republik Pisang” Honduras ini?
Yang terjadi di Honduras adalah tidak lain sebuah kudeta militer
klasik yang sudah sering terjadi di Amerika Latin, dimana seorang pemimpin
negara yang popular yang ingin membela rakyatnya disingkirkan dari pemerintah
oleh kaum elit politik, bisnis, dan militer. Biasanya ini dilakukan dengan
bantuan dan dukungan Amerika Serikat karena kepentingan politik dan ekonomi
negara AS di daerah tersebut. Kudeta di Honduras ini di permukaannya tampak
berbeda karena tidak didukung sepenuhnya oleh pemerintah AS. Apa yang
sebenarnya terjadi? Apakah AS di bawah Obama telah berubah? Apakah memang
kudeta ini adalah aksi sejati untuk mempertahankan demokrasi di Honduras?
Ekonomi Republik Pisang
Honduras adalah sebuah negara kecil yang berpenduduk 7.5 juta
orang, lebih kecil dari pada Jakarta. Dengan area yang kira-kira seluas pulau
Jawa, Honduras terletak di Amerika Tengah berseberangan dengan Guatemala, El
Salvador, dan Honduras. Tidak jauh dari pantai Honduras di barat adalah Kuba.
en.wikipedia.org |
Honduras adalah salah satu negara termiskin di Amerika Latin,
dengan 53% rakyat Honduras hidup di bawah garis kemiskinan. 24% rakyat Honduras
bahkan hidup di bahwa garis kemiskinan ekstrim. Kesenjangan ekonomi di Honduras
juga sangat tinggi, dimana 20% kalangan bawah Honduras hanya mengkonsumsi 5%
ekonomi, sedangkan 20% kalangan atas Honduras mengkonsumsi lebih dari 50%
ekonomi.
Ekonomi Honduras berpusat pada pertanian dengan penghasilan utama
pisang dan kopi. Pada permulaan 1990, 65% pendapatan ekspor didominasi oleh
kopi dan pisang. Tetapi pada tahun 2002, ini menurun hingga 24% karena harga
dunia yang anjlok. Ini benar-benar memukul ekonomi Honduras, terutama
kesejahteraan rakyat pekerja dan petani.
Semua aspek kehidupan rakyat Honduras dipengaruhi oleh satu
komoditi, yakni pisang. Semenjak tahun 1899, tahun pertama pengiriman produk
pisang dari Honduras ke New Orleans, AS, perekonomian dan politik Honduras
dikuasai oleh perusahaan buah-buahan Standard Fruit Company, Cuyamel Fruit
Company, dan United Fruit Company. Ketiga perusahaan ini menguasai hampir semua
tanah pertanian terbaik Honduras, dan mereka secara langsung juga menguasai
arena politik Honduras guna menciptakan iklim yang stabil untuk bisnis pisang
mereka. Kepentingan perusahaan-perusahaan ini di Honduras (dan juga
negara-negara Amerika Tengah lainnya) sangatlah besar sehingga pemerintahan AS
pun membantu melatih tentara Honduras untuk menjaga supremasi perusahaan
multinasional tersebut. Dari sinilah rujukan Banana Republic diberikan pada
negara-negara Amerika Tengah yang dikuasai oleh diktatur yang didukung oleh
perusahaan pisang. Ungkapan Republik Pisang digunakan pertama kalinya oleh
penulis O. Henry dari AS di bukunya pada tahun 1904 yang berdasarkan pengalaman
dia ketika tinggal di Honduras
Intervensi ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan buah-buahan ini
menghambat perkembangan ekonomi Honduras karena mereka hanya tertarik untuk
mengembangkan perkebunan pisang. Semua lahan terbaik direbut dengan bantuan
paramiliter dan para petani dipaksa untuk menanam pisang. Sektor-sektor ekonomi
lainnya, terutama sektor industri menengah dan berat, tidak dikembangkan sama
sekali. Para oligarki kapitalis pun tidak tertarik lagi untuk mengembangkan
sektor industri Honduras lainnya karena mereka sudah puas bertindak sebagai
penguasa lokal untuk perusahaan buah-buahan multinasional tersebut.
Sejarah Perlawanan
Penindasan dan kemiskinan selalu melahirkan perlawanan. Rakyat
Amerika Latin terkenal dengan semangat perjuangannya. Awal tahun 1900 Amerika
Tengah dipenuhi dengan pemberontakan dan revolusi, sebuah periode yang kerap
disebut Banana Wars (Perang Pisang). Di dalam periode tersebut, pemerintahan AS
mengintervensi secara langsung untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan di
Amerika Tengah dan menjaga kepentingan ekonomi di daerah tersebut, terutama
kepentingan perusahaan buah-buahan AS. Pasukan tentara AS dikirim ke Amerika
Tengah dan kapal-kapal perang berlabuh di pantai-pantai kelautan Karibia. Di
Honduras, pasukan Amerika dikirim pada tahun 1903, 1907, 1911, 1912, 1919,
1924, dan 1925.
Semua ini adalah bagian dari kebijakan Monroe Doctrine (Doktrin
Monroe) yang diamendemen oleh Presiden AS saat itu, Theodore Roosevelt, pada
tahun 1904. Amandemen tersebut menyatakan bahwa AS memiliki hak untuk
mengintervensi dan menstabilkan ekonomi di negara-negara kecil Amerika Tengah.
Dengan penuh kesombongan, Roosevelt di depan Kongres pada tahun 1904
mengatakan:
“Apa yang negara ini [AS] inginkan adalah untuk menyaksikan
negara-negara tetangga stabil, damai, dan makmur. Setiap negara yang rakyatnya
berkelakuan baik akan mendapatkan persahabatan kita. Bila sebuah negara
menunjukkan bahwa ia tahu bagaimana berkelakuan dengan efisien dan sopan dalam
hal sosial dan politik, bila ia menjaga perdamaian dan melakukan kewajibannya,
ia tidak perlu takut akan intervensi dari AS. Kesalahan yang fatal, atau
ketidakmampuan yang menyebabkan kegoyahan di dalam masyarakat sipil, di AS
ataupun dimana saja, pada akhirnya membutuhkan intervensi dari negara yang beradab.
Dan di belahan bumi Barat, ketaatan AS pada Doktrin Monroe dapat memaksa AS,
walaupun enggan, untuk menjadi kekuatan polisi internasional di dalam kasus
kekeliruan atau ketidakmampuan yang paling buruk.”
Pemerintahan Amerika Serikat hanya akan bersahabat dengan “rakyat
yang berkelakuan baik”, dalam kata lain rakyat yang tidak melawan ketika
bangsanya ditindas dan dimiskinkan.
Perlawanan terbesar dari para petani dan pekerja pisang di Amerika
Tengah terjadi di Kolombia pada tahun 1928, yang berakhir tragis dengan Banana
Massacre (Pembantaian Pisang) dimana lebih dari seribu pekerja ditembak mati.
Pada bulan Desember 1928, buruh perkebunan pisang di Kolombia yang dimiliki
oleh United Fruit Company (yang sekarang bernama Chiquita Brands International)
mogok kerja menuntut kontrak kerja yang tertulis, 9-jam kerja, dan 6-hari
kerja. Pemogokan ini dianggap sebagai aksi subversif yang dapat membahayakan
kepentingan ekonomi United Fruit Company, dan Jendral Cortes Vargas dan
tentaranya menembaki kerumunan para buruh dan keluarga mereka yang baru saja
keluar dari gereja pada hari Minggu (6 Desember 1928) dan menunggu pidato dari
gubernur. Pembantaian berlanjut dimana para pemimpin buruh dikejar dan
dieksekusi langsung oleh pemerintah Kolombia. Pemerintahan Amerika Serikat dan
United Fruit Company jelas memainkan peran langsung; berikut ini adalah
beberapa telegram dari pejabat-pejabat AS di Kolombia:
“…Kementerian Luar Negeri [Kolombia] pada hari Sabtu mengatakan
pada saya bahwa pemerintah [Kolombia] akan mengirim pasukan tambahan dan akan
menangkap semua pemimpin pemogokan …; bahwa pemerintah akan memberikan
perlindungan yang memadai untuk kepentingan Amerika Serikat.” (5 Desember 1928,
dari Duta Besar AS di Bogota untuk Sekretaris Negara AS)
“Perasaan kaum proletar yang menentang Pemerintah, yang juga
dirasakan oleh beberapa prajurit, sangat tinggi dan saya ragu kalau kita dapat
mengandalkan Pemerintah Kolombia untuk perlindungan. Bolehkah saya usulkan
kalau permohonan saya untuk menghadirkan kapal perang Amerika dikabulkan dan
kapal perang tersebut siap sedia menunggu panggilan saya.” (6 Desember 1928,
dari Konsulat Santa Marta untuk Sekretaris Negara AS)
“ Dengan bangga saya melaporkan bahwa pengacara United Fruit
Company menyatakan kemarin bahwa jumlah pemogok yang dibunuh oleh tentara
Kolombia mencapai sekitar 500 hingga 600.” (29 Desember 1928, dari Duta Besar
AS di Bogota untuk Sekretaris Negara AS)
“Dengan bangga saya melaporkan bahwa perwakilan United Fruit
Company mengatakan kepada saya kemarin bahwa jumlah pemogok yang dibunuh oleh
tentara Kolombia melebih 1000 orang” (16 Januari 1929, dari Duta Besar AS di
Bogota untuk Sekretaris Negara AS)
Begitulah kekejaman Republik-Republik Pisang yang didukung oleh
kekuatan Amerika Serikat. Kudeta, pembantaian, intervensi langsung tentara AS,
semua ini adalah bagian dari kehidupan sehari-hari rakyat Amerika Latin yang
kerap melawan lagi dan lagi.
Kudeta Honduras di Abad ke-21
Memasuki abad ke 21, sebuah gelombang revolusioner berkobar di
Amerika Latin. Kali ini gelombang revolusi ini bukan dikobarkan dengan moncong
senjata pasukan-pasukan gerilya seperti pada tahun 1960-80, tetapi dengan
partisipasi massa yang aktif di perkotaan. Dimulai di tanah Venezuela dengan
gerakan Bolivarian, gelombang revolusi ini mempengaruhi seluruh Amerika Latin.
Presiden Zelaya yang terpilih pada tahun 2005 ditumbangkan oleh
kelas oligarki Honduras karena kebijakan-kebijakannya yang dinilai berbahaya
bagi kepentingan modal. Beberapa kebijakan yang progresif yang diterapkan oleh
pemerintahan Zelaya adalah kampanye pemberantasan buta huruf yang mengambil
model program serupa di Kuba dan Venezuela, upaya peningkatan layanan kesehatan
bagi kalangan-kalangan miskin di masyarakat (termasuk akses terjangkau untuk
obat, beasiswa penuh bagi mahasiswa kedokteran untuk belajar di Kuba),
pemotongan bunga pinjaman bagi para petani kecil, serta kenaikan upah minimum
sebesar 60%.
Selain itu Zelaya juga berusaha mematahkan monopoli
perusahaan-perusahaan multinasional dalam urusan impor BBM. Dia juga menandatangani
perjanjian untuk mengimpor obat-obatan generik yang lebih murah dari Kuba dan
Venezuela untuk menggantikan impor mahal dari perusahanan-perusahaan farmasi
multinasional.
Inilah alasan mengapa kaum oligarki Honduras bergerak menumbangkan
Zelaya pada tanggal 28 Juni lalu. Dengan bantuan tentara, Zelaya diculik dari
istana presidennya dan diasingkan ke Kosta Rika. Alasan bahwa Zelaya harus
ditumbangkan karena dia berusaha mempertahankan kekuasaannya (dengan
menghapuskan batasan jabatan presiden) melalui referendum adalah satu
kebohongan. Bahkan jika ini benar, bukankah referendum rakyat adalah justru
demokratis. Bila rakyat menghendaki Zelaya untuk kembali menjadi presiden
Honduras karena dinilai melakukan pekerjaaan yang baik, bukankah ini adalah
demokrasi?
Akan tetapi, masalah utamanya bukanlah karena rencana referendum
Zelaya. Ini hanyalah alasan untuk menurunkan Zelaya yang tindakannya mulai
mengancam kepentingan kaum modal di Honduras. Terutama di saat gelombang
perubahaan sedang menyapu Amerika Latin, kebijakan progresif Zelaya dilihat
sangat berbahaya karena dapat mendorong rakyat Honduras untuk menjadi lebih
radikal.
Zelaya sendiri sebenarnya datang dari keluarga yang kaya raya. Dia
memiliki bisnis besar di peternakan dan perhutanan. Dia datang dari kelas
oligarki. Seorang teman Zelaya, seorang pengusaha tekstil bernama Adolfo
Facusse yang merupakan presiden Asosiasi Industri Nasional, mengatakan bahwa:
“Zelaya adalah salah satu dari kelompok kita, namun dia kehilangan kontrol.”
Ya, Zelaya adalah bagian dari elit Honduras, akan tetapi dia dicampakkan oleh
teman-temannya dan juga partainya (Partai Liberal Honduras) karena setelah
menjadi presiden dia mulai melakukan kebijakan-kebijakan untuk rakyat miskin
Honduras. Presiden Dewan Bisnis Swasta di Honduras, Amilcar Bulnes, mengatakan
bahwa dia dan teman-teman Zelaya telah memperingati dia untuk tidak melakukan
kebijakan-kebijakan seperti Chavez: “Kita menyuruh dia untuk tidak melakukan
hal-hal tersebut, dan dia tidak memperdulikan kita”.
Tindakan Zelaya adalah manifestasi dari berkobarnya gelombang
perubahan di Amerika Latin. Kadang-kadang, bahkan individu dari kelas yang
berseberangan dapat terdorong ke kiri karena tekanan massa. Tetapi seperti yang
kita saksikan, individu ini akan langsung ditentang dan dipotong dari kelas
asalnya tanpa ragu-ragu. Teman-teman Zelaya, seluruh kelas oligarki, tidak
segan-segan mengusir Zelaya dari negaranya sendiri dengan kudeta militer.
Intervensi AS
Kudeta ini segera ditentang oleh banyak negara di Amerika Latin,
dan yang mengejutkan ini juga ditentang oleh Amerika Serikat dan negara-negara
Barat lainnya. Apakah ini karena Amerika yang biasanya mendukung rejim-rejim
diktatur dan aktif menumbangkan pemimpin-pemimpin popular telah menjadi sebuah
pemerintah yang benar-benar demokratis dan menghormati kemandirian
bangsa-bangsa lain? Ternyata bila kita lihat lebih jauh, bukanlah begitu. Dalam
periode revolusioner yang sedang melanda Amerika Latin dan posisinya yang
lemah, Amerika Serikat merasa bahwa kudeta militer bukanlah cara yang terbaik
untuk menyingkirkan Zelaya. Secara prinsipil, Amerika telah menunjukkan
ketidaksetujuaan dengan kebijakan-kebijakan Zelaya yang mengancam kepentingan
ekonomi AS dan juga dinilai subservif. Bahkan pemerintah AS mendukung tuduhan
para pelaku kudeta bahwa Zelaya telah melanggar konstitusi dengan rencana
referendumnya.
Obama pada hari Senin (10 Agustus) menyatakan kembali dukungannya
kepada Zelaya. Pada saat pertemuan tri-lateral dengan Presiden Meksiko Felipe
Calderon dan Perdana Menteri Kanada Stephen Harper, dia mengatakan bahwa
“Presiden Zelaya tetap merupakan presiden yang terpilih secara demokratis dan
demi rakyat Honduras, ketertiban demokrasi dan konstitusi harus dipulihkan.”
Tetapi pada saat yang sama, Departemen Luar Negeri AS (State
Department) baru saja mengeluarkan sebuah surat pernyataan yang menarik
dukungan mereka terhadap Presiden Zelaya. Surat tersebut mengatakan bahwa
kudeta ini terjadi karena Zelaya mengambil sikap provokatif: “Kita juga
mengakui bahwa kekeraskepalaan Zelaya untuk mengambil aksi-aksi yang provokatif
telah menyebabkan polarisasi di dalam masyarakat Honduras dan menghasilkan
sebuah konfrontasi yang mengakibatkan tersingkirnya dia”. (‘We also recognize
that President Zelaya's insistence on undertaking provocative actions
contributed to the polarization of Honduran society and led to a confrontation
that unleashed the events that led to his removal,”) Dalam surat ini jelas
kalau Pemerintah AS menyalahkan Presiden Zelaya yang mencoba meringankan beban
rakyat miskin Honduras, dan tindakan ini dilihat sebagai “provokatif”. Surat
tersebut juga menyatakan secara eksplisit bahwa Pemerintah AS tidak akan
mendukung Zelaya: “Kebijakan dan strategi kita tidaklah berdasarkan mendukung
posisi atau individu tertentu.” (“Our policy and strategy for engagement is not
based on supporting any particular politician or individual.”)
Ini menunjukkan adanya perpecahan di dalam pemerintah AS dalam
menanggapi masalah Honduras. Di satu pihak adalah kubu seperti Obama yang terpaksa
mendukung Zelaya, walaupun hanya secara diplomatis, karena jelas dia
disingkirkan secara tidak demokratis. Obama naik ke panggung politik dengan
mengkritik kebijakan luar negeri AS di bawah George W. Bush dan di bawah
presiden-presiden lalu yang terlibat dalam banyak intervensi dan usaha kudeta
di seluruh dunia. Obama sendiri telah mengakui keterlibatan AS di dalam kudeta
1953 di Iran dimana Perdana Menteri Mosaddeq disingkirkan dan menyesali
intervensi-intervensi AS di Amerika Latin. Oleh karena itu, dia harus tetap
memegang prinsip ini untuk menjaga dukungannya, walaupun ini harus dilakukannya
dengan hati-hati karena secara prinsipal kebijakan-kebijakan Zelaya
bertentangan dengan kepentingan AS. Inilah mengapa dukungan Obama terhadap
Zelaya hanya sebatas retorika tanpa aksi sama sekali. Di pihak yang lain adalah
politisi-politisi garis keras di Amerika, terutama dari kubu Republikan, yang
secara terbuka menyambut kudeta di Honduras dengan gembira. Anggota Senat
Republikan Jim Demint mengatakan: “…Presiden Obama harus mengakhiri dukungannya
untuk Zelaya yang melanggar hukum dan berusaha menjadi seorang diktatur
ala-Chavez.” (“… what is necessary is for President Obama to end his support
for Zelaya who broke the law and sought to become a Chavez-style dictator”)
Jadi jelas kalau pernyataan dukungan Obama dan pemerintahan AS
semenjak kudeta Honduras itu adalah seperti tong kosong yang nyaring bunyinya.
Pada akhirnya, tidak ada dukungan yang riil sama sekali untuk mengembalikan
Presiden Zelaya.
Honduras Sekarang
Setelah kembali ke Honduras secara diam-diam, Zelaya telah berdiam
di Kedutaan Besar Brazil selama lebih dari 2 bulan, dan lokasi ini telah
menjadi pusat perlawanan terhadap rejim kudeta Honduras. Rejim Micheletti telah
melakukan represi-represi terhadap pendukung Zelaya dan korban telah
berjatuhan. Zelaya masih belum dikembalikan ke posisi dia. Kongres Honduras,
yang didominasi oleh perwakilan dari kelas penguasa, telah menolak secara
mentah-mentah dikembalikannya Presiden Zelaya. Rejim kudeta ini berhasil
memperdayai Zelaya untuk bernegosiasi guna mengulur-ulur waktu dan meredamkan
gejolak rakyat dengan represi.
Pada tanggal 29 November, pemilu dilaksanakan oleh rejim ini. Akan
tetapi rakyat menolak untuk berpartisipasi di dalam pemilu yang tidak sah ini.
Abstensi mencapai 65% - 75% menurut laporan dari Front Perlawanan Nasional
Melawan Kudeta. Pemilu yang tidak sah ini “dimenangkan” oleh Pepe Lobo dari
Partai Nasional. Media-media besar melaporkan bahwa 60% rakyat mengikuti
pemilu, yang jelas-jelas adalah sebuah kebohongan guna memberikan legitimasi
kepada rejim kudeta ini. Ini dilakukan untuk memberikan alasan kepada Amerika
Serikat untuk mengakui hasil pemilu ini dan mengubur perlawanan rakyat
Honduras.
Banyak pelajaran yang bisa ditarik dari peristiwan ini. Pertama,
bahwa pada analisa terakhir parlemen borjuis tidak dapat digunakan oleh rakyat
untuk melawan kaum borjuis. Negosiasi-negosiasi yang ditawarkan oleh kaum
borjuis melalui Kongres telah menunjukkan hal tersebut. Mereka hanya ingin
mengulur-ulur waktu. Pada momen-momen kritis seperti di Honduras hanya
perlawanan di jalan-jalan oleh rakyatlah yang dapat mematahkan kudeta, dan
rakyat Honduras telah menunjukkan keberanian mereka. Kedua, dibutuhkan sebuah
kepemimpinan yang bisa menawarkan ide dan strategi yang tepat untuk melawan
kaum oligarki. Kepemimpinan perlawanan yang tidak tertempa dalam ide dan
strategi di momen-momen kritis jatuh ke dalam perangkap demokrasi borjuis. Ini
adalah kesalahan yang fatal.
Tingkat abstensi yang besar dalam pemilu presiden ini telah
meletakkan sebuah basis untuk perlawanan selanjutnya. Hanya gerakan melawan
kapitalisme dan menuju sosialisme yang bisa mematahkan kaum oligarki, dan kaum
buruh dengan aliansi dengan kaum tani adalah satu-satunya kelas yang mampu
membawa Honduras keluar dari kediktaturan sekarang ini.
(militanindonesia.org)
Posting Komentar