Kota Jambi Sumber: http://www.indonesiatravelguides.com/ |
Berdasarkan cerita rakyat setempat, nama Jambi berasal dari
perkataan "jambe" yang berarti "pinang". Nama ini ada
hubungannya dengan sebuah legenda yang hidup dalam masyarakat, yaitu legenda
mengenai Raja Putri Selaras Pinang Masak, yang ada kaitannya dengan asal-usul
provinsi Jambi.
Penduduk asli Provinsi Jambi terdiri dari beberapa suku bangsa,
antara lain Melayu Jambi, Batin, Kerinci, Penghulu, Pindah, Anak Dalam (Kubu),
dan Bajau. Suku bangsa yang disebutkan pertama merupakan penduduk mayoritas
dari keseluruhan penduduk Jambi, yang bermukim di sepanjang dan sekitar
pinggiran sungai Batanghari.
Suku Kubu atau Anak Dalam dianggap sebagai suku tertua di Jambi,
karena telah menetap terlebih dahulu sebelum kedatangan suku-suku yang lain.
Mereka diperkirakan merupakan keturunan prajurit-prajurit Minangkabau yang
bermaksud memperluas daerah ke Jambi. Ada sementara informasi yang menyatakan
bahwa suku ini merupakan keturunan dari percampuran suku Wedda dengan suku
Negrito, yang kemudian disebut sebagai suku Weddoid.
Orang Anak Dalam dibedakan atas suku yang jinak dan liar. Sebutan
"jinak" diberikan kepada golongan yang telah dimasyarakatkan, memiliki
tempat tinggal yang tetap, dan telah mengenal tata cara pertanian. Sedangkan
yang disebut "liar" adalah mereka yang masih berkeliaran di
hutan-hutan dan tidak memiliki tempat tinggal tetap, belum mengenal sistem
bercocok tanam, serta komunikasi dengan dunia luar sama sekali masih tertutup.
Suku-suku bangsa di Jambi pada umumnya bermukim di daerah pedesaan
dengan pola yang mengelompok. Mereka yang hidup menetap tergabung dalam
beberapa larik (kumpulan rumah panjang beserta pekarangannya). Setiap desa
dipimpin oleh seorang kepala desa (Rio), dibantu oleh mangku, canang, dan
tua-tua tengganai (dewan desa). Mereka inilah yang bertugas mengambil keputusan
yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat desa.
Strata Sosial masyarakat di Jambi tidak mempunyai suatu konsepsi
yang jelas tentang sistem pelapisan sosial dalam masyarakat. Oleh sebab itu
jarang bahkan tidak pernah terdengar istilah-istilah atau gelar-gelar tertentu
untuk menyebut lapisan-lapisan sosial dalam masyarakat. Mereka hanya mengenal sebutan-sebutan
yang "kabur" untuk menunjukkan status seseorang, seperti orang
pintar, orang kaya, orang kampung dsb.
Pakaian Pada awalnya masyarakat pedesaan mengenal pakaian
sehari-hari berupa kain dan baju tanpa lengan. Akan tetapi setelah mengalami proses
akulturasi dengan berbagai kebudayaan, pakaian sehari-hari yang dikenakan kaum
wanita berupa baju kurung dan selendang yang dililitkan di kepala sebagai
penutup kepala. Sedangkan kaum pria mengenakan celana setengah ruas yang
menggelembung pada bagian betisnya dan umumnya berwarna hitam, sehingga dapat
leluasa bergerak dalam melakukan pekerjaan sehari-hari. Pakaian untuk kaum
pria ini dilengkapi dengan kopiah.
Kesenian di Provinsi Jambi yang terkenal antara lain Batanghari,
Kipas perentak, Rangguk, Sekapur sirih, Selampit delapan, Serentak Satang.
Upacara adat yang masih dilestarikan antara lain Upacara Lingkaran
Hidup Manusia, Kelahiran, Masa Dewasa, Perkawinan, Berusik sirih bergurau
pinang, Duduk bertuik, tegak betanyo, ikat buatan janji semayo, Ulur antar
serah terimo pusako dan Kematian
http://jambiituunik.blogspot.com/
Posting Komentar