JURNAL HARI INI :
Home » » SUDUT PANDANG SEORANG PENCERITA

SUDUT PANDANG SEORANG PENCERITA

Written By NGUSUL on Kamis, 05 Desember 2013 | 18.14

http://www.allposters.com.au
Sudut pandang (titik pandang, pusat pengisahan) merupakan posisi pencerita (narator) dalam sebuah cerita. Ada kalanya pencerita bertindak sebagai orang pertama atau sebagai orang ketiga. Sebagai orang pertama, seorang pencerita adalah sebagai tokoh cerita. Ia terlibat secara langsung didalam cerita (Atmazaki).

Di mana posisi pencerita? Itulah yang dimaksud sudut pandang seorang pencerita, atau disebut point of view. Kita mengenal dan –tentunya- banyak dari kita familiar dengan karya sastra. Artinya, di antara kita sangat familiar dengan posisi seorang pengarang dalam cerita yang ia tulis.
“Gemuruh di hatinya masih belum redup saat air laut belum bersua reda. Agak ragu ia melompat ke salah satu akar bakau, kembali menguatkan ikat tambat. Ah, setidaknya ia selamat sampai di tempat. Pulau ini. Ia pun mulai teringat.” (Cerpen ‘Pulau’ karya Fathromi R, Riau Pos, 17/11/2013)
Maka, kutipan di atas menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sudut pandang ketiga tak ubahnya ketika kita menonton film dokumenter National Geography atau serial film dokumenter Harun Yahya.
Sensasi yang menyelimutiku bisa diibaratkan seperti saat aku menatap daerah gersang di tengah musim dingin yang menggerogoti, membuat jantungku berdebar hebat dan bulu kudukku merinding. Sejauh apa pun aku berusaha melayangkan imajinasi, kondisi rumah itu tetap saja menyeramkan. (Cerpen Misteri Rumah Keluarga Usher, karya Edgar Allan Poe, pent; Maggie Tiojakin,2010)
Nah, kutipan cerpen di atas menggunakan sudut pandang orang pertama, seperti dikatakan, Sebagai orang pertama, seorang pencerita adalah sebagai tokoh cerita. Ia terlibat secara langsung di dalam cerita. (Atmazaki)
Pada sudut pandang orang pertama, kita bisa membaginya menjadi pertama tunggal dan jamak. Kalau tunggal, seperti cerpen Poe di atas, namun jika jamak, kita menggunakan ‘kami’.
Tiba-tiba kami mendapati lelaki itu telah menjadi debu. Kami tak percaya dengan apa yang kami lihat.”
Ada lagi, cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama dan ketiga dalam satu cerita. Ada yang orang pertamanya yang menjadi tokoh utama (aku/kami), ada pula orang ketiganya yang menjadi fokus cerita (dia/mereka). Contonya, juga, seperti kutipan di atas, menggunakan ‘kami’, juga ‘lelaki itu/dia’.***
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : NGUSUL | E-JURNAL | PSYCHOLOGYMANIA
Copyright © Desember 2013. JURNAL Today - All Rights Reserved
Dipersembahkan untuk pembaca dan khalayak ramai
Proudly powered by Blogger